Jumat, 16 November 2012

Resensi Buku


RESENSI BUKU KHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG

·       Judul Buku           : Khairul Tanjung Si Anak Singkong
·       Nama Pengarang  : Tjahja Gunawan Adiredja
·       Tahun Terbit        : 2012
·       Nama Penerbit     : Penerbit Buku Kompas (PBK)
·       Cetakan                : cetakan pertama
·       Tebal Buku           : 360 halaman

Ringkasan isi buku :

Buku “Chairul Tanjung Si Anak Singkong” diluncurkan bertepatan usia Chairul Tanjung (CT) setengah abad. CT, demikian nama panggilannya, adalah pengusaha Indonesia yang sukses dalam wirausahanya dan memperluas usahanya.
Buku setebal 360 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas.
Dalam pengantar buku itu, Jakob Oetama menulis bahwa ia kagum dan mengapresiasi anak muda yang sukses, yang kesuksesannya dirintis, dikembangkan, dan diperoleh berkat kerja keras, bekerja tuntas, punya komitmen, dan sedikit banyak digerakkan ambisi. Menurut Jakob, CT telah membuktikan bahwa entrepreneurship itu bisa dilahirkan, bukan diturunkan.
Biografi Chairul Tanjung diawali dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, CT mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya, termasuk CT. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan.

            Awal cerita dari buku ini mengisahkan tentang suatu moment yang sangat berkesan buat Chairul Tanjung (CT) dimana ia diberitahukan oleh ibunya bahwa uang kuliah yang telah di berikan kepadanya adalah uang hasil menjual kain halus. Mengetahui hal tersebut maka ia pun kemudian bertekad untuk tidak lagi memberatkan orang tuanya dan akan membiayai sendiri kuliahnya di FKG UI yang saat kejadian itu masih duduk di semester 1. Cerita pun berlanjut menilik masa lalunya yang sebenarnya juga bukan berasal dari keluarga yang miskin karena sebelumnya mereka sempat memiliki beberapa perusahaan percetakan dan showroom mobil. Namun karena tidak setuju dengan pemerintahan orde baru maka usaha pun menjadi bangkrut dan tinggallah mereka kemudian di gang abu, jakarta pusat yang menurut penuturan CT waktu itu merupakan salah satu daerah paling kumuh serta kantong kemiskinan di Jakarta.

            Pada kalimat-kalimat selanjutnya lebih banyak menyenangkan bagi mereka yang ingin mengetahui bagaimana kisah CT membangun kerajaan bisnisnya, karena setelah berkisah tentang keluarganya, ia mulai berkisah bagaimana ia memulai bisnisnya di bawah tangga kampus UI yang waktu itu masih di salemba. Ia bercerita walaupun terkesan melompat-lompat menurut saya karena tampaknya banyak moment berkesan yang ingin ia sampaikan pada saat awal ia membangun kariernya.

Moment membangun karier inilah yang kemudian menjadi salah satu bagian yang cukup banyak dibahas mulai dari bagaimana ia berhubungan baik dengan para petinggi kampus, sehingga sedikit banyak usahanya menjadi lancar sampai bagaimana ia membagi waktu diantara belajar sebagai mahasiswa, memulai bisnis dan kehidupan kesehariannya dimana ia menggambarkan diri sebagai seorang yang supel dan mempunyai banyak teman. Bagian selanjutnya dari buku ini mengisahkan  proses pengakusisian Bank Mega yang menjadi tonggak lonjatan usahanya, hingga membangun Trans TV, kemudian mengakuisisi Trans 7 hingga yang menjadi polemik seperti pembelian saham Carrefour pun ia jelaskan di buku ini.

            Bahasa penuturan yang digunakan cukup menarik untuk di baca karena sederhana dan mudah dicerna untuk berbagai kalangan. Dari setiap kalimat yang ada saya membaca bahwa melalui buku ini CT ingin mengajak setiap orang yang membaca bukunya untuk kurang lebih mengikuti jejaknya sebagai pengusaha karena setidaknya ada visi-visi yang jelas ingin ia sampaikan terkait dengan jiwa wirausaha di Indonesia yang sedang berkembang pesat ini. Pada moment - moment ini tampaknya beliau juga ingin berbagi salah satu filosofi/ideologi yang menjadi kebanggannya yaitu "MENJADI PENGUSAHA BUKAN KARENA BAKAT ATAU KETURUNAN TETAPI KARENA KEMAUAN DAN KEMAMPUAN YANG TERUS DILATIH" . Hal lain yang menjadi perhatian dalam buku ini adalah bagaimana ia secara tidak langsung mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap kehidupannya serta bagaimana kerasnya perjuangan beliau untuk mencapai posisi yang sekarang sudah diraihnya tersebut.

            Meskipun tampak sempurna namun buku ini mempunyai beberapa hal yang mengganjal, karena ada beberapa bagian yang terlalu mengesankan akan keberhasilan yang diraih  terlalu diekspose secara berlebihan serta testimoni yang di sampaikan ingin membuat CT menjadi malaikat yang sempurna dimata pembacanya. Saya bahkan saat membaca buku ini sempat merasa lega ketika ada bagian dimana Ia menceritakan pernah bersikap emosional hingga menggebrak meja kerja, hal ini saya rasa akan cukup mengimbangi kisah sebelumnya diceritakan perjalanan kariernya tampak begitu mulus walaupun menceritakan kejadian yang sangat penuh perjuangan. 
Bab-bab berikutnya masih menceritakan kehidupan masa muda CT, saat-saat menjadi mahasiswa sampai kisah awalnya menjadi wirausaha. Tahun 1987, CT menjadi kontraktor pembangunan pabrik sumpit di Citeureup, Bogor, seluas 800 meter persegi. Tapi yang jadi malah pabrik sandal.
Di buku ini juga mengisahkan bahwa sejak kuliah di FKG UI, CT pun kudu melacak sendiri duit supaya dapat membiayai keperluan kuliahnya. Dimulai membuka usaha foto copy di kampusnya. Lantas masuk ke bisnis alat-alat kedokteran gigi buat memenuhi keperluan rekan-rekannya.

            Sambil menggerakkan bisnis di universitas, CT juga aktif didalam urusan gerakan kemahasiswan. Buktinya ia pernah diakui jadi ketua ex-officio dewan mahasiswa UI. Lantas pada 1984, ia terpilih jadi koordinator mahasiswa se-jakarta. Pada th. Yang sama, ia juga terpilih jadi mahasiswa teladan tingkat nasional.

          Waktu mahasiswa, ia dan rekannya terlibat didalam gerakan menolak militerisme masuk ui menggelar mogok kuliah. Tidak cuma menggembok, namun juga mengelas pintu masuk fakultas. Pasalnya, waktu itu terdengar isu bahwa Mayjen TNI Nugroho Notosusanto akan diangkat rektor UI menggantikan Prof Dr Mahar Mardjono.
Selepas kuliah, CT sempat membangun pt pariarti shindutama yang memproduksi sepatu anak-anak buat ekspor. Kepiawaiannya membangun jaringan dan jadi entrepreneur buat bisnisnya pun makin berkembang. Di bidang keuangan, ia mengambil alih bank karman yang kini bernama bank mega.
Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga CT, ketia CT bertemu dengan perempuan Jawa, Anita Ratnasari, yang tegas dan tegar.
Dalam buku ini, CT mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu adalah segalanya.” CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian CT berpendapat.
CT juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha.
CT mengembangkan Para Group, kemudian mengganti nama perusahaannya menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan subholding yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources.
Mega Corp adalah perusahaan induk untuk jasa keuangan yang melayani masyarakat di sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar modal.
Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion merek terkenal dan high-end.
Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk yang fokus pada bisnis perkebunan.
Buku ini menarik dibaca dan bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang CT berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.
Kelebihan dari buku ini adalah bahasa yang mudah dipahami dan sangat banyak menggunakan bahasa yang memotivasi pembacanya. selain itu dari beberapa pendapat pembaca, mereka mengatakan bahwa buku “Khairul Tanjung Si Anak Singkong” adalah motivator berjalan dan motivaor terbaik.
            Secara pribadi saya menyarankan agar membaca buku ini karena memang sangat menginspirasi, apalagi bagi mereka yang sedang meniti karier dalam dunia bisnis yang terkenal penuh dengan perjuangan dan kerja keras.
kamu harus tau bahwa dalam kromosom manusia telah terdapat kromosom yang bertuliskan huruf-huruf hijaiyah atau huruf arab