RESENSI
BUKU KHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG
·
Judul Buku :
Khairul Tanjung Si Anak Singkong
·
Nama Pengarang :
Tjahja Gunawan Adiredja
·
Tahun Terbit :
2012
·
Nama Penerbit :
Penerbit Buku Kompas (PBK)
·
Cetakan :
cetakan pertama
·
Tebal Buku :
360 halaman
Buku “Chairul Tanjung Si Anak
Singkong” diluncurkan bertepatan usia Chairul Tanjung (CT) setengah abad. CT,
demikian nama panggilannya, adalah pengusaha Indonesia yang sukses dalam
wirausahanya dan memperluas usahanya.
Buku setebal 360 halaman yang
diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan Kompas Tjahja
Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan
Pemimpin Umum Harian Kompas.
Dalam pengantar buku itu, Jakob Oetama menulis bahwa ia kagum dan
mengapresiasi anak muda yang sukses, yang kesuksesannya dirintis, dikembangkan,
dan diperoleh berkat kerja keras, bekerja tuntas, punya komitmen, dan sedikit
banyak digerakkan ambisi. Menurut Jakob, CT telah membuktikan bahwa
entrepreneurship itu bisa dilahirkan, bukan diturunkan.
Biografi Chairul Tanjung diawali
dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, CT
mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas
dalam mendidik anak-anaknya, termasuk CT. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar
bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus
ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar
anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama
kehidupan masa depan.
Awal cerita dari buku ini mengisahkan
tentang suatu moment yang sangat berkesan buat Chairul Tanjung (CT) dimana ia
diberitahukan oleh ibunya bahwa uang kuliah yang telah di berikan kepadanya
adalah uang hasil menjual kain halus. Mengetahui hal tersebut maka ia pun
kemudian bertekad untuk tidak lagi memberatkan orang tuanya dan akan membiayai
sendiri kuliahnya di FKG UI yang saat kejadian itu masih duduk di semester 1.
Cerita pun berlanjut menilik masa lalunya yang sebenarnya juga bukan berasal dari
keluarga yang miskin karena sebelumnya mereka sempat memiliki beberapa
perusahaan percetakan dan showroom mobil. Namun karena tidak setuju dengan
pemerintahan orde baru maka usaha pun menjadi bangkrut dan tinggallah mereka
kemudian di gang abu, jakarta pusat yang menurut penuturan CT waktu itu
merupakan salah satu daerah paling kumuh serta kantong kemiskinan di Jakarta.
Pada kalimat-kalimat selanjutnya
lebih banyak menyenangkan bagi mereka yang ingin mengetahui bagaimana kisah CT
membangun kerajaan bisnisnya, karena setelah berkisah tentang keluarganya, ia
mulai berkisah bagaimana ia memulai bisnisnya di bawah tangga kampus UI yang
waktu itu masih di salemba. Ia bercerita walaupun terkesan melompat-lompat
menurut saya karena tampaknya banyak moment berkesan yang ingin ia sampaikan
pada saat awal ia membangun kariernya.
Moment membangun karier inilah yang kemudian menjadi
salah satu bagian yang cukup banyak dibahas mulai dari bagaimana ia berhubungan
baik dengan para petinggi kampus, sehingga sedikit banyak usahanya menjadi
lancar sampai bagaimana ia membagi waktu diantara belajar sebagai mahasiswa,
memulai bisnis dan kehidupan kesehariannya dimana ia menggambarkan diri sebagai
seorang yang supel dan mempunyai banyak teman. Bagian selanjutnya dari buku ini
mengisahkan proses pengakusisian Bank Mega yang menjadi tonggak lonjatan
usahanya, hingga membangun Trans TV, kemudian mengakuisisi Trans 7 hingga yang
menjadi polemik seperti pembelian saham Carrefour pun ia jelaskan di buku ini.
Bahasa penuturan yang digunakan cukup
menarik untuk di baca karena sederhana dan mudah dicerna untuk berbagai
kalangan. Dari setiap kalimat yang ada saya membaca bahwa melalui buku ini CT
ingin mengajak setiap orang yang membaca bukunya untuk kurang lebih mengikuti jejaknya
sebagai pengusaha karena setidaknya ada visi-visi yang jelas ingin ia sampaikan
terkait dengan jiwa wirausaha di Indonesia yang sedang berkembang pesat ini.
Pada moment - moment ini tampaknya beliau juga ingin berbagi salah satu
filosofi/ideologi yang menjadi kebanggannya yaitu "MENJADI PENGUSAHA BUKAN
KARENA BAKAT ATAU KETURUNAN TETAPI KARENA KEMAUAN DAN KEMAMPUAN YANG TERUS
DILATIH" . Hal lain yang menjadi perhatian dalam buku ini adalah bagaimana
ia secara tidak langsung mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap kehidupannya serta
bagaimana kerasnya perjuangan beliau untuk mencapai posisi yang sekarang sudah
diraihnya tersebut.
Meskipun tampak
sempurna namun buku ini mempunyai beberapa hal yang mengganjal, karena ada
beberapa bagian yang terlalu mengesankan akan keberhasilan yang diraih
terlalu diekspose secara berlebihan serta testimoni yang di sampaikan ingin
membuat CT menjadi malaikat yang sempurna dimata pembacanya. Saya bahkan saat
membaca buku ini sempat merasa lega ketika ada bagian dimana Ia menceritakan
pernah bersikap emosional hingga menggebrak meja kerja, hal ini saya rasa akan
cukup mengimbangi kisah sebelumnya diceritakan perjalanan kariernya tampak
begitu mulus walaupun menceritakan kejadian yang sangat penuh perjuangan.
Bab-bab berikutnya masih
menceritakan kehidupan masa muda CT, saat-saat menjadi mahasiswa sampai kisah
awalnya menjadi wirausaha. Tahun 1987, CT menjadi kontraktor pembangunan pabrik
sumpit di Citeureup, Bogor, seluas 800 meter persegi. Tapi yang jadi malah
pabrik sandal.
Di buku ini juga mengisahkan bahwa
sejak kuliah di FKG UI, CT pun kudu melacak sendiri duit supaya dapat membiayai
keperluan kuliahnya. Dimulai membuka usaha foto copy di kampusnya. Lantas masuk
ke bisnis alat-alat kedokteran gigi buat memenuhi keperluan rekan-rekannya.
Sambil menggerakkan bisnis di universitas, CT juga aktif didalam urusan gerakan kemahasiswan. Buktinya ia pernah diakui jadi ketua ex-officio dewan mahasiswa UI. Lantas pada 1984, ia terpilih jadi koordinator mahasiswa se-jakarta. Pada th. Yang sama, ia juga terpilih jadi mahasiswa teladan tingkat nasional.
Waktu mahasiswa, ia dan rekannya terlibat didalam gerakan menolak militerisme masuk ui menggelar mogok kuliah. Tidak cuma menggembok, namun juga mengelas pintu masuk fakultas. Pasalnya, waktu itu terdengar isu bahwa Mayjen TNI Nugroho Notosusanto akan diangkat rektor UI menggantikan Prof Dr Mahar Mardjono.
Sambil menggerakkan bisnis di universitas, CT juga aktif didalam urusan gerakan kemahasiswan. Buktinya ia pernah diakui jadi ketua ex-officio dewan mahasiswa UI. Lantas pada 1984, ia terpilih jadi koordinator mahasiswa se-jakarta. Pada th. Yang sama, ia juga terpilih jadi mahasiswa teladan tingkat nasional.
Waktu mahasiswa, ia dan rekannya terlibat didalam gerakan menolak militerisme masuk ui menggelar mogok kuliah. Tidak cuma menggembok, namun juga mengelas pintu masuk fakultas. Pasalnya, waktu itu terdengar isu bahwa Mayjen TNI Nugroho Notosusanto akan diangkat rektor UI menggantikan Prof Dr Mahar Mardjono.
Selepas kuliah, CT sempat membangun pt pariarti
shindutama yang memproduksi sepatu anak-anak buat ekspor. Kepiawaiannya
membangun jaringan dan jadi entrepreneur buat bisnisnya pun makin berkembang.
Di bidang keuangan, ia mengambil alih bank karman yang kini bernama bank mega.
Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan
keluarga CT, ketia CT bertemu dengan perempuan Jawa, Anita Ratnasari, yang
tegas dan tegar.
Dalam buku ini, CT mengungkapkan bahwa, “bagi saya,
ibu adalah segalanya.” CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila
kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan
kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian CT berpendapat.
CT juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang
persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha.
CT mengembangkan Para Group, kemudian mengganti nama
perusahaannya menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan
subholding yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources.
Mega Corp adalah perusahaan induk untuk jasa keuangan
yang melayani masyarakat di sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar
modal.
Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di
bisnis media, gaya hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua
stasiun TV, yaitu Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan
ritel Careefour. Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan
dan minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang
menyediakan kebutuhan fashion merek terkenal dan high-end.
Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk
yang fokus pada bisnis perkebunan.
Buku ini menarik dibaca dan bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang CT berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.
Buku ini menarik dibaca dan bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang CT berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.
Kelebihan dari buku ini adalah bahasa yang mudah
dipahami dan sangat banyak menggunakan bahasa yang memotivasi pembacanya.
selain itu dari beberapa pendapat pembaca, mereka mengatakan bahwa buku
“Khairul Tanjung Si Anak Singkong” adalah motivator berjalan dan motivaor
terbaik.
Secara
pribadi saya menyarankan agar membaca buku ini karena memang sangat
menginspirasi, apalagi bagi mereka yang sedang meniti karier dalam dunia bisnis
yang terkenal penuh dengan perjuangan dan kerja keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar